A.
Jigsaw Orisinal
Jigsaw merupakan suatu struktur kooperatif yang setiap anggota
kelompoknya bertanggungjawab untuk mengajari anggota-anggota lain tentang salah
satu bagian materi. Dalam penerapan jigsaw, setiap anggota kelompok diberi
bagian materi yang harus dipelajari oleh seluruh kelompok dan menjadi “pakar”
di bagiannya. Peserta didik harus saling mengajari, jadi kontribusi setiap
orang penting. Versi yang lebih baru, Jigsaw II, menambahkan expert group (kelompok ahli) yang para
peserta didiknya memiliki materi sama dari setiap kelompok bertemu untuk
memastikan bahwa mereka memahami bagian yang ditunjuk untuk kelompoknyadan
setelah itu merencanakan cara untuk mengajarkan informasi itu kepada para
anggota kelompoknya. Setelah itu, peserta didik kembali ke kelompok belajarnya,
dengan membawa keahliannya. Akhirnya, peserta didik menjalani tes individual
yang mencakup seluruh materi dan mendapatkan poin untuk skor tim belajarnya.
Tim-tim dapat bekerja untuk mendapa reward
atau sekedar untuk mendapatkan pengakuan (Aronson, 2000; Slavin, 1995) (dalam
Yasmin Martinis 2013;89).
Sejarah dan
Pengertian
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot
Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh
slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2004; 363) (dalam
Yasmin Martinis 2013;89). Teknik mengajar jigsaw dikembangkan oleh Aronson et.
al. sebagai metode Cooperative Learning.
Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan,
ataupun berbicara.
Jigsaw merupakan salah satu jenis strategi pembelajaran kooperatif
yang menempatkan peserta didik dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelidiki
suatu topik umum (Aronson, Wilson, & Akert, 2005). Jigsaw merupakan
strategi yang mampu menciptakan pluralis di dalam sosial peserta didik, ras,
suku, agama dan potensi-potensi lain. Kerjasama kelompok, saling membantu,
berbagi tugas, dan saling menghargai suatu tujuan yang diharapkan dalam
pembelajaran kooperatif jigsaw.
Dalam metode ini, pembelajar memperhatikan skemata atau latar
belakang pengalaman peserta didik dan membantu peserta didik mengaktifkan
skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, peserta
didik bekerja sama dengan sesama peserta didik dalam suasana gotong royong dan
mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan
ketrampilan ketrampilan berkomunikasi.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang
bertanggungjawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan
materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997).
Pada intinya strategi kooperatif jigsaw adalah penerapan kerjasama
kelompok peserta didik di dalam kelompok-kelompok dengan tingkat kemampuan
heterogen dan masing-masing peserta didik mempunyai tanggung jawab atas satu
porsi bahan.
Manfaat Jigsaw
Pandangan konstruktivistik belajar adalah mendapat pengetahuan dan
pengalaman, berinteraksi sosial dan lingkungan. Peserta didik belajar tidak
mestinya dengan guru, kehadiran guru tidak lain sebagai fasilitator dan
mediator atau membantu peserta didik untuk memahami, mengetahui, dan mendalami
materi pelajaran. Guru bukanlah orang yang meng-install pengetahuan terhadap
anak, akan tetapi guru perlu berimprovisasi dalam strategi-strategi,
media-media, dan metode-metode pembelajaran.
Kooperatif jigsaw merupakan strategi yang membelajarkan peserta
didik melalui teman-teman sebaya dan mencipta semangat kerja sama serta memupuk
suatu tanggung jawab. Di samping mencipta kerjasama dalam belajar untuk tahu
dan mengetahui tentang sesuatu, peserta didik juga dihargai atau diberi
kepercayaan oleh gurudan teman kelompoknya untuk menguasai suatu topik dan
masalah yang kemudian akan kembali ke kelompok untuk menjelaskan ke
teman-temannya.
Blaney, Stephan, Resenfield, Aronson dan Sikes (1977) menyatakan
bahwa penerapan strategi jigsaw akan mencipta peserta didik menyenangi
teman-teman antara satu dan lainnya. Kemudian penelitian Jigsaw II oleh Phelps
(1990) menemukan pilihan negatif yang lebih sedikit dibandingkan dengan
kelompok kontrol (Slavin, 2009;135-136).
Selanjutnya, Ryan dan Wheeler (1977) menemukan bahwa para peserta
didik yalajar eng belajar secara kooperatif membuat keputusan yang lebih kooperatif
dan membantu dalam game simulasi dibandingkan para peserta didik yang belajar
secara kompetitif (Slavin,2009;138).
Beberapa tugas dalam proses pembelajaran adalah membelajarkan
peserta didik menghargai pendapat sesama, saling mempercayai, berbagi tugas,
kerjasama, tolong menolong dan berbagai pendapat dan saran. Sikap dan mental
peserta didik dikonstruksikan sejak dari awal dengan harapan pada suatu ketika
mereka menjadi manusia yang mampu memberi, menerima gagasan, mengkritik dan
menerima kritik. Anak manusia akan sempurna menjadi diri sendiri manakala dia
mampu beradaptasi serta berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
Penerapan
Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model
pembelajaran kooperatif dimana peserta didik belajar dalam kelompok kecil yang
terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan
yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang
harus dipelajari dan menyampaikan materi kepada anggota kelompok yang lain
(Arends, 1997).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab peserta
didik terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
Peserta didik tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi juga harus
siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang
lain. Dengan demikian “peserta didik saling tergantung satu sama lain dan harus
bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie,
A., 1994)
Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok
asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk peserta didik yang
berangootakan peserta didik dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga
yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok
ahli yaitu kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan
mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan
topiknya untuk kemudian dijelaskan pada anggota kelompok asal.
Judy Pits (1992) mendiskripsikan sebuah pelajaran tentang bagaimana
cara melakukan riset perpustakaan yang memiliki format jigsaw. Proyek secara
keseluruhan untuk masing-masing kelompok adalah untuk mendidik kelas tentang
sebuah negara yang berbeda. Kelompok-kelompok harus memutuskan informasi apa
yang akan dipresentadikan dan bagaimana cara membuatnya menarik bagi
teman-teman sekelasnya. Di perpustakaan, setiap anggota bertanggungjawab untuk
menguasai sumber tertengtu dan mengajari anggota-anggota kelompok lain tentang
bagaimana cara menggunakannya, bila timbul kebutuhan untk itu. Peserta didik
yang mempelajari tentang masing-masing sumber mula-mula bertemu dalam expert group untuk memastikan bahwa
semua “guru” tahu tata cara menggunakan sumber tersebut.
Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai
berikut (Arends, 1997).
Langkah-langkah dalam penerapan model pembelajaran jigsaw adalah
sebagai berikut;
1.
Pembelajar
membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri
dari 4-6 peserta didik dengan kemampuan berbeda. Kelompok ini disebut kelompok
asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian
materi peserta didikan yang akan dipelajari peserta didik sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
2.
Semua peserta
didik dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang
disebut kelompok ahli. Dalam kelompok ahli, peserta didik mendiskusikan bagian
materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan
kepada temannya jika kembali ke kelompok asal.
3.
Setelah peserta
didik berdiskusi dalam kelompok ahli dan kelompok asal, selanjutnya dilakukan
presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok
untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar pembelajar
dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.
4.
Pembelajar
memberikan kuis untuk peserta didik secara individual.
5.
Pembelajar
memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan
perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar kuis
berikutnya.
6.
Materi
sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi
pembelajaran.
7.
Perlu
diperhatikan bahwa jiga menggunakan jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu
dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Metode pengajaran dengan Jigsaw dikembangakan oleh Elliot
Aronsondan rekan-rekannya (1978). Metode orisinilnya, secara singkat
digambarkan dalam bagian ini, membutuhkan pengembangan yang ekstensif dari
materi-materi khusus. Bentuk adabtasi Jigsaw yang lebih praktis dan mudah,
yaitu Jigsaw II (Slavin, 1986)
B.
Jigsaw II
Jigsaw II dapat digunakan apabila materi yang akan dipelajari
adalah yang berbentuk narasi tertulIs. Metode ini paling sesuai untuk
subjek-subjek seperti pelajaran ilmu sosial, literatur, sebagian pelajaran ilmu
pengetahuan ilmiah, dan bidang-bidang lainnya yang tujuan pembelajaran lebih kepada
penguasaan konsep daripada penguasaan kemampuan. Pengajaran “bahan baku” untuk
Jigsaw II biasanya harus berupa sebuah bab, cerita, biografi atau materi-materi
narasi atau deskripsi serupa.
Dalam Jigsaw II para siswa bekerja dalam tim yang heterogen, seperti
STAD dan TGT. Para siswa tersebut diberikan tugas untuk membaca beberapa bab
atau unit, dan diberikan “lembar ahli” yang terdiri atas topik-topik yang
berbeda yang harus menjadi fokus perhatian masing-masing anggota tim saat
mereka membaca. Setelah semua anak selesai membaca, siswa-siswa dari tim yang
berbeda yang mempunyai fokus topik yang sama bertemu dalam “kelompok ahli”
untuk mendiskusikan topik mereka sekitar tiga puluh menit. Para ahli kemudian
kembali kepada tim mereka dan secara bergantian mengajari teman satu timnya
mengenai topik mereka. Yang terakhir adalah, para siswa menerima penilaian yang
mencangkup seluruh topik, dan skor kuis akan menjadi skor tim, seperti dalam
STAD. Seperti juga dalam STAD, skor-skor yang dikontribusikan para siswa kepada
timnya didasarkan pada sistem skor perkembangan individual, dan para siswa yang
timnya meraih skor tertinggi akan menerima sertifikat ataubentuk-bentuk
rekognisi tim lainnya. Sehingga, para siswa termotivasi untuk mempelajari
materi dengan baik dan untuk bekerja kerja dalam kelompok ahli mereka supaya
mereka dapat membantu timnya melakukan tugas dengan baik. Kunci metode jigsaw
ini adalah interdependensi: tiap siswa bergantung kepada teman satu timnya
untuk dapat memberikan informasi yang
diperlukan supaya dapat memberikan informasi yang diperlukan supaya dapat
berkinerja baik pada saat penilaian.
Langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode Jigsaw.
Persiapan
Materi. Saat ini,
materi-materi metode Jigsaw John Hopkins Team Learning Project tersedia hanya
untuk pelajaran sejarah Amerika untuk anak siswa sekolah menengah pertama.
Tetapi persiapan materi Jigsaw tidaklah sulit. Sebuah unit Jigsaw II yang
lengkap ditampilkan dalam lampiran 7.
untuk membuat materi Jigsaw II, ikuti langkah-langkah berikut:
1.
Pilihlah satu
atau dua bab, cerita, atau unit-unit lainnya, yang masing-masing mencangkup
materi untuk dua atau tiga hari. Jika para siswa akan membacanya di kelas,
materi yang dipilih haruslah membutuhkan waktu tidak lebih dari setengah jam
untuk membacanya; jika bacaan tersebut akan dijadikan tugas untuk dibaca di
rumah, maka pilihannay boleh panjang.
2.
Buatlah sebuah
lembar ahli untuk tiap unit. Lembar ini akan mengatakan kepada siswa dimana
mereka perlu berkonsentrasi saat membaca, dan dengan kelompok ahli yang akan
bekerja. Lembar ini berisi empat topik yang menjadi inti dari unit
pembelajaran. Misalnya, lembar ahli untuk buku ilmu sosial kelas IV Harcourt
Brace Jovonovich bisa merujuk pada satu bagian mengenai suku Indian Blackfoot
yang digunakan untuk mengilustrasikan sejumlah konsep mengenai golongan,
norma-norma golongan dan kepemimpinan. Lembar ahli untuk bagian itu bisa berisi
Topik bahasan.
Membagi Siswa Dalam Tim.
Membagi para siswa kedalam tim heterogen yang terdiri dari empat sampai lima
anggota, persis seperti dalm STAD.
Membagi Siswa ke dalam Kelompok Ahli. Anda mungkin inginmembagi siswa ke dalam kelompok-kelompok ahli
hanya dengan membagi peran secara acak dalm tiap tim. Atau Anda mungkin juga
ingin memutuskan siswa mana akan masuk ke dalam kelompok ahli yang mana, untuk
memastikan bahwa di dalam tiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi,
sedang dan redah. Apabila kelas Anda mempunyai dua kelompok ahli untuk tiap
topik, supaya dalam tiap kelompok ahli yang jumlahnya lebih dari enam
berpotensi maksimal. Tempatkan nama-nama anggota tim pada lembar rangkuman tim
(lampiran 2), biarkan kolom nama tetap kosong.
Penentuan Skor Awal Pertama.
Berikan skor awal pertama siswa persis seperti dalam STAD. Gunakan lembar skor
kuis untuk mencatat skor-skor tersebut.
Jadwal Kegiatan
Jigsaw II terdiri atas siklus reguler dari kegiatan-kegiatan
pengajaran:
Membaca. Para siswa
menerima topik ahli dan membaca materi yang yang diminta untuk menemukan
informasi.
Diskusi Kelompok-ahli.
Para siswa dengan keahlian yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam
kelompok-kelompok ahli.
Laporan Tim. Para ahli
kembali ke dalam kelompok mereka masing-masing untuk mengajari topik-topik
mereka kepada teman satu timnya.
Tes. Para siswa
mengerjakan kuis-kuis individual yang mencangkup semua topik.
Rekognisi tim. Skor tim
dihitung seperti dalam STAD.
MEMBACA
Waktu: separuh sampai satu periode kelas(atau dijadikan sebagai
pekerjaan rumah).
Gagasan utama: para siswa menerima topik-topik ahli dan membaca
materi yang diberikan untuk menemukan informasi yang berhubungan dengan topik
mereka.
Materi yang dibutuhkan: sebuah lembar ahli untuk tiap siswa, yang
terdiri dari empat topik ahli.
Sebuah teks atau materi bacaan yang akan menjadi dasar dari topik
ahli untuk tiap siswa.
Kegiatan pertama dalam Jigsaw II adalah mendistribusikan teks dan
topik ahli, membagi tiap topik kepada masing-masing siswa, dan selanjutnya
membaca. Lewati dululembar ahli dan kemudian lanjutkan pada tiap tim dan
tunjukan siswa mana akan mengerjakan topik yang mana. Bila ada tim yang
beranggotakan lima orang, tunjuk dua
orang untuk mengerjakan satu topik bersama-sama.
Ketika para siswa sudah memunyai topik mereka, biarkan mereka
membaca materi mereka, atau berikan tugas membaca itu untuk PR. Para siswa yang
selesai membaca terlebih dalu dari yang lain boleh mengulang kembali bacaan dan
membuat catatan.
Atau sebagai
alternatifnya, anda mungkin ingin agar siswa membaca dulu baru kemudian membagi
topik ahlinya. Ini bisa membantu siswa untuk mendapat “gambaran besar” sebelum
mereka membaca kembali untuk menemukan informasi yang berkaitan dengan topik
mereka.
DISKUSI KELOMPOK-AHLI
Waktu: separuh periode kelas atau lebih.
Gagasan utama: para siswa dengan topik ahli yang sama
mendiskusikannya dalam kelompok.
Materi yang dibutuhkan: lembar dan teks ahli untuk tiap siswa.
Skema diskusi (sebagai opsi) untuk tiap
topik: satu untuk tiap siswa dengan topik tersebut.
Buatlah para siswa
dengan topik ahli 1 untuk berkumpul bersama pada satu meja, semua siswa dengan
topik ahli 2 pada meja yang lain, dan seterusnya. Bila ada kelompok ahli yang
lebih dari enam orang (yaitu, bila kelas memiliki lebih dari dua puluh empat
siswa), pisahkanlah kelompok ahli tersebut dalam dua kelompok kecil.
Bila anda ingin agar
siswa menggunakan skema diskusi, maka bagilah skema itu ke masing-masing
kelompok ahli.
Tunjuklah seorang pemimpin
diskusi untuk tiap kelompok.
Pemimpin diskusi tidak harus siswa dengan kemampuan baik, dan semua siswa
suatu saat harus punya kesempatan untuk
mengisi peran ini. Tugas pemimpin ini adalah untuk memoderatori diskusi,
menunjuk anggota kelompok yang mengangkat tangan dan berusa untuk melihat bahwa
semua orang telah ikut berpartisi.
Berikan waktu
sekitar dua puluh menit kepada kelompok-kelompok alhi tersebut untuk
mendiskusikan topik-topik mereka. Para siswa harus sudah pernah mencoba untuk
menemukan informasi tentang topik mereka dari teks-teks yang dibagikan kepada
mereka, dan mereka harus berbagi informasi tersebut dengan kelompoknya. Anggota
kelompok harus mencatat semua poin yang didiskusikan.
Sementara kelompok
ahli bekerja, guru harus meluangkan waktu sengan tim kelompok secara
bergantian.guru mungkin ingin menjawab pertanyaan-pertanyaan dan meluruskan
kesalahpahaman, tetapi harus tidak boleh mencoba mengambil alih kepemimpinan
dari kelompok tersebut-yang memegang tanggungjawab kepemimpinan. Guru mungkin
perlu mengingatkan pemimpin diskusi bahwa sebagaian tugas mereka adalah untuk
melihat bahwa semua orang benar-benar berpartisipasi.
Laporan Tim
Waktu: separuh periode kelas
Gagasan utama: para ahli kembali kepada timnya masing-masing untuk
mengajari topik mereka kepada teman-teman satu timnya.
Para siswa harus
kembali dari diskusi kelompok ahli mereka dan bersiap untuk mngirim topik
mereka untuk mengajari topik mereka kepada teman-teman satu timnya. Mereka
harus mengambil waktu sekitar lima menit untuk mengulang kembali semua dari
bacaan mereka dan dari diskusi dalam kelompok ahli. Apabila dua tim memiliki
topik yang sama, maka mereka harus melakukan presentasi bersama.
Tekananya pada para
siswa bahwa mereka mempunyai tanggung jawab terhadap teman satu tim mereka
untuk menjadi guru yang baik sekaligus sebagai pendengar yang baik. Anda
mungkin ingin agar para ahli memberikan pertanyaan kepada teman satu timnya
setelah mereka melaporkan bahwa mereka telah mempelajari materinya dan siap
untuk menghadapi kuis.
TES
Waktu: separuh periode kelas
Gagasan utama: para siswa mengerjakan kuis.
Materi yang dibutuhkan:satu kopian kuis untuk tiap siswa.
Bagikan kuis-kuis
tersebut dan berikan cukup waktu bagi semua anak untuk menyelesaikannya.
mintlah para siswa bertukar lembar kuis dengan anggota kelompok lain untuk menghitung
skor, atau bisa juga dengan mengumpulkan kuis-kuis dan menghitung skornya
sendiri. Biloasiswa yang menghitung skor, mintalah sipemeriksa menuliskan nama
mereka pada bagian bawah lembar kuis yang mereka periksa. Setelah kuis usai,
periksalah beberapa kuis untuk memastikan bahwa para siswa memang sudah
melakukan pemeriksaan dengan baik.
Rekognisi Tim. Penghitungan skor untuk Jigsaw II sama dengan penghitungan skor
pada STAD, termasuk untuk skor awalnya, poin-poin kemajuan, dan prosedur
penghitungan skor. Seperti juga dalam STAD, sertifikat, papan buletin, dan/atau
penghargaan diberikan dalam rekognisi tim-tim yang sukses.
C.
Perbedaan
Jigsaw I dan II
Jigsaw I dan II sebenarnya sama, namun ada beberapa
aspek yang membedakannya. Jigsaw II merupakan sebuah adaptasi dari teknik
jigsaw Elliot Aronson (1978). Jigsaw II dalam hal ini juga membantu siswa
belajar setiap mata pelajaran, mulai dari keterampilan dasar sampai pemecahan
masalah yang kompleks. Seperti halnya pada jigsaw I, setiap siswa menjadi ahli
dalam materi yang dipelajarinya dan bertanggungjawab atas materi yang
ditugaskan.
Menurut Trianto dalam
buku mendesain model pembelajaran inovatif-progresif, langkah-langkah
pembelajaran kooperatf tipe jigsaw antara lain:
1.
Siswa dibagi
atas beberapa kelompok(tiap kelompok anggotanya 5-6 orang)
2.
Materi yang
diberikan kepada kelompok siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi
menjadi beberapa sub bab.
3.
Setiap
anggota kelompok membaca subbab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk
mempelajarinya. Misalnya, jika materi yang disampaikan mengenai system eksresi, maka seorang siswa dari satu kelompok mempelajari tentang ginjal, siswa yang
lain dari kelompoknya mempelajari tentang paru-paru, begitupun siswa yang
lainnya.
4.
Anggota kelompok lain yang telah mempelajari subbab
yang sama bertamu dalam kelompok-kelompok ahli setelah kembali kekelompoknya
bertugas mengajari teman-temannya.
5.
Pada
pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis
individu.
Sedangkan langkah-langkah pembelajaran tipe Jigsaw II adalah:
1.
Orientasi
Pendidikan menyampaikan tujuan yang diberikan sebelum
pembelajaran dimulai sebelum siswa sudah ditugasjan membaca materi pelajaran
dirumah sehingga disekolah melalui kelompok ahli siswa akan lebih memantapkan
lagi dengan memperdalam setiap bagian materi yang akan dipelajari.
2.
Pengelompokkan
Sebelum dikelompokkan siswa di
rangking berdasarkan hasil kemampuan.
3.
Pemberian
kelompok expert
Tiap kelompok diberikan konsep
matematika sesuai dengan kemampuannya dalam kegiatan penelitian ini. Penilaian
tersebut mempertimbangkan karakteristik materi pemaparan yang akan dijabarkan
lebih lanjut dalam pelaksanaan kegiatan embelajaran.
4.
Diskusi
Setelah kelompok ahli memahami materi yang dipelajari,
maka kelompok ahli kembali ke grup masing-masing.Setiap orang dalam grup
memiliki keahlian masing-masing dan bertanggung jawab ntuk berbagi pengetahuan
dengan teman-temanya dalam grup tersebut.
5.
Tes (penilaian)
Pada fase ini guru memberikan tes tertulis untuk
dikerjakanoleh siswa yang membuat seluruh konsep yang didiskusikan.Pada tes ini
siswa tidak diperkenankan untuk bekerjasama.Jika mungkin tempat duduknya agak
berjauhan.
6.
Pengakuan
kelompok
Penilaian pada kelompok pembelajaran Kooperatif
berdasarkan skor peningkatan individu tidak didasarkanpada skor akhir yng
diperoleh siswa.Setiap siswa dapat memberikan kontribusipoin maksimum pada
kelompoknya didasarkan pada skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka.
Ada perbedaan mendasar antara pembelajaran Jigsaw I
dengan Jigsaw II, jika jigsaw I awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu
yang akan menjadi spesialisasinya sementara konsep-konsep yang lainnya dapat
melalui diskusi yang dibentuk dengan teman-temannya. Sedangkan pada tipe Jigsaw
II ini setiap siswa memperoleh kemampuan belajar secara keseluruhan konsep
sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadi ekspert.
Kelebihan dari Jigsaw II adalah semua siswa membaca
seluruh materi dengan konsep-konsep yang telah disatukan sehingga lebih mudah
dipahami. Dalam Jigsaw I, siswa hanya menerima penjelasan potongan materi dari
teman di kelompok asal. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena bisa jadi siswa
tersebut belum memahami materi. Jigsaw II cocok digunakan apabila materi yang
dipelajari berbentuk narasi tertulis seperti pelajaran sosial, sastra, beberapa
bagian sains, dan pelajaran lain yang bertujuan lebih menekankan pada konsep
daripada keterampilan. Bahan ajar Jigsaw II biasanya merupakan sebuah bab, cerita,
biografi, dan bahan deskriptif lainnya.
D.
Penerapan Metode Jigsaw Dalam Pembelajaran Ips
A.
Guru membagi siswa menjadi beberapa tim,
setiap tim terdiri dari 3 orang
B.
Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang
berbeda.
Siswa 1 : kerajaan Hindu di Indonesia dan peninggalannya serta
kegunaannya
Siswa 2 : kerajaan Budha di Indonesia dan peninggalannya serta kegunaannya
Siswa 3 : kerajaan Islam di Indonesia dan peninggalannya serta kegunaannya
Siswa 2 : kerajaan Budha di Indonesia dan peninggalannya serta kegunaannya
Siswa 3 : kerajaan Islam di Indonesia dan peninggalannya serta kegunaannya
C. Anggota
dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu
dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
D. Setelah
selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai
dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
E.
Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
Sumber:
Slavin,
Robert E. 2009. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Indah.
Yamin,
Martinis. 2013. Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta:
GP Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar