Opsi

Selasa, 16 September 2014

Jigsaw




A.    Jigsaw Orisinal
Jigsaw merupakan suatu struktur kooperatif yang setiap anggota kelompoknya bertanggungjawab untuk mengajari anggota-anggota lain tentang salah satu bagian materi. Dalam penerapan jigsaw, setiap anggota kelompok diberi bagian materi yang harus dipelajari oleh seluruh kelompok dan menjadi “pakar” di bagiannya. Peserta didik harus saling mengajari, jadi kontribusi setiap orang penting. Versi yang lebih baru, Jigsaw II, menambahkan expert group (kelompok ahli) yang para peserta didiknya memiliki materi sama dari setiap kelompok bertemu untuk memastikan bahwa mereka memahami bagian yang ditunjuk untuk kelompoknyadan setelah itu merencanakan cara untuk mengajarkan informasi itu kepada para anggota kelompoknya. Setelah itu, peserta didik kembali ke kelompok belajarnya, dengan membawa keahliannya. Akhirnya, peserta didik menjalani tes individual yang mencakup seluruh materi dan mendapatkan poin untuk skor tim belajarnya. Tim-tim dapat bekerja untuk mendapa reward atau sekedar untuk mendapatkan pengakuan (Aronson, 2000; Slavin, 1995) (dalam Yasmin Martinis 2013;89).

Sejarah dan Pengertian
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2004; 363) (dalam Yasmin Martinis 2013;89). Teknik mengajar jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai metode Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara.
Jigsaw merupakan salah satu jenis strategi pembelajaran kooperatif yang menempatkan peserta didik dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelidiki suatu topik umum (Aronson, Wilson, & Akert, 2005). Jigsaw merupakan strategi yang mampu menciptakan pluralis di dalam sosial peserta didik, ras, suku, agama dan potensi-potensi lain. Kerjasama kelompok, saling membantu, berbagi tugas, dan saling menghargai suatu tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran kooperatif jigsaw.
Dalam metode ini, pembelajar memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman peserta didik dan membantu peserta didik mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, peserta didik bekerja sama dengan sesama peserta didik dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan ketrampilan berkomunikasi.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggungjawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997).
Pada intinya strategi kooperatif jigsaw adalah penerapan kerjasama kelompok peserta didik di dalam kelompok-kelompok dengan tingkat kemampuan heterogen dan masing-masing peserta didik mempunyai tanggung jawab atas satu porsi bahan.
Manfaat Jigsaw
Pandangan konstruktivistik belajar adalah mendapat pengetahuan dan pengalaman, berinteraksi sosial dan lingkungan. Peserta didik belajar tidak mestinya dengan guru, kehadiran guru tidak lain sebagai fasilitator dan mediator atau membantu peserta didik untuk memahami, mengetahui, dan mendalami materi pelajaran. Guru bukanlah orang yang meng-install pengetahuan terhadap anak, akan tetapi guru perlu berimprovisasi dalam strategi-strategi, media-media, dan metode-metode pembelajaran.
Kooperatif jigsaw merupakan strategi yang membelajarkan peserta didik melalui teman-teman sebaya dan mencipta semangat kerja sama serta memupuk suatu tanggung jawab. Di samping mencipta kerjasama dalam belajar untuk tahu dan mengetahui tentang sesuatu, peserta didik juga dihargai atau diberi kepercayaan oleh gurudan teman kelompoknya untuk menguasai suatu topik dan masalah yang kemudian akan kembali ke kelompok untuk menjelaskan ke teman-temannya.
Blaney, Stephan, Resenfield, Aronson dan Sikes (1977) menyatakan bahwa penerapan strategi jigsaw akan mencipta peserta didik menyenangi teman-teman antara satu dan lainnya. Kemudian penelitian Jigsaw II oleh Phelps (1990) menemukan pilihan negatif yang lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok kontrol (Slavin, 2009;135-136).
Selanjutnya, Ryan dan Wheeler (1977) menemukan bahwa para peserta didik yalajar eng belajar secara kooperatif membuat keputusan yang lebih kooperatif dan membantu dalam game simulasi dibandingkan para peserta didik yang belajar secara kompetitif (Slavin,2009;138).
Beberapa tugas dalam proses pembelajaran adalah membelajarkan peserta didik menghargai pendapat sesama, saling mempercayai, berbagi tugas, kerjasama, tolong menolong dan berbagai pendapat dan saran. Sikap dan mental peserta didik dikonstruksikan sejak dari awal dengan harapan pada suatu ketika mereka menjadi manusia yang mampu memberi, menerima gagasan, mengkritik dan menerima kritik. Anak manusia akan sempurna menjadi diri sendiri manakala dia mampu beradaptasi serta berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.

Penerapan Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana peserta didik belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Peserta didik tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian “peserta didik saling tergantung satu sama lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 1994)
Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk peserta didik yang berangootakan peserta didik dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan pada anggota kelompok asal.
Judy Pits (1992) mendiskripsikan sebuah pelajaran tentang bagaimana cara melakukan riset perpustakaan yang memiliki format jigsaw. Proyek secara keseluruhan untuk masing-masing kelompok adalah untuk mendidik kelas tentang sebuah negara yang berbeda. Kelompok-kelompok harus memutuskan informasi apa yang akan dipresentadikan dan bagaimana cara membuatnya menarik bagi teman-teman sekelasnya. Di perpustakaan, setiap anggota bertanggungjawab untuk menguasai sumber tertengtu dan mengajari anggota-anggota kelompok lain tentang bagaimana cara menggunakannya, bila timbul kebutuhan untk itu. Peserta didik yang mempelajari tentang masing-masing sumber mula-mula bertemu dalam expert group untuk memastikan bahwa semua “guru” tahu tata cara menggunakan sumber tersebut.
Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut (Arends, 1997).
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/files/2008/07/kelompok-jigsaw1.jpg

Langkah-langkah dalam penerapan model pembelajaran jigsaw adalah sebagai berikut;
1.   Pembelajar membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4-6 peserta didik dengan kemampuan berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi peserta didikan yang akan dipelajari peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
2.   Semua peserta didik dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli. Dalam kelompok ahli, peserta didik mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal.
3.   Setelah peserta didik berdiskusi dalam kelompok ahli dan kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar pembelajar dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.
4.   Pembelajar memberikan kuis untuk peserta didik secara individual.
5.   Pembelajar memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar kuis berikutnya.
6.   Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran.
7.   Perlu diperhatikan bahwa jiga menggunakan jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWppbvQPqw8cCEy4OJ3WOlXMOEcZtkCUFg8P-bbzSEazYtj4rN0rJ2OgQCB9OebA2MU73s50SunUNC__YSa6OMlYIq2Lxv4mm7F5Ed1Mcv5NCr_puc8AxWME6YDiTbWhiOpGy9OSrMRG8/s1600/struktur+kelompok+strategi+jigsaw.jpg


Metode pengajaran dengan Jigsaw dikembangakan oleh Elliot Aronsondan rekan-rekannya (1978). Metode orisinilnya, secara singkat digambarkan dalam bagian ini, membutuhkan pengembangan yang ekstensif dari materi-materi khusus. Bentuk adabtasi Jigsaw yang lebih praktis dan mudah, yaitu Jigsaw II (Slavin, 1986)

B.     Jigsaw II
Jigsaw II dapat digunakan apabila materi yang akan dipelajari adalah yang berbentuk narasi tertulIs. Metode ini paling sesuai untuk subjek-subjek seperti pelajaran ilmu sosial, literatur, sebagian pelajaran ilmu pengetahuan ilmiah, dan bidang-bidang lainnya yang tujuan pembelajaran lebih kepada penguasaan konsep daripada penguasaan kemampuan. Pengajaran “bahan baku” untuk Jigsaw II biasanya harus berupa sebuah bab, cerita, biografi atau materi-materi narasi atau deskripsi serupa.
Dalam Jigsaw II para siswa bekerja dalam tim yang heterogen, seperti STAD dan TGT. Para siswa tersebut diberikan tugas untuk membaca beberapa bab atau unit, dan diberikan “lembar ahli” yang terdiri atas topik-topik yang berbeda yang harus menjadi fokus perhatian masing-masing anggota tim saat mereka membaca. Setelah semua anak selesai membaca, siswa-siswa dari tim yang berbeda yang mempunyai fokus topik yang sama bertemu dalam “kelompok ahli” untuk mendiskusikan topik mereka sekitar tiga puluh menit. Para ahli kemudian kembali kepada tim mereka dan secara bergantian mengajari teman satu timnya mengenai topik mereka. Yang terakhir adalah, para siswa menerima penilaian yang mencangkup seluruh topik, dan skor kuis akan menjadi skor tim, seperti dalam STAD. Seperti juga dalam STAD, skor-skor yang dikontribusikan para siswa kepada timnya didasarkan pada sistem skor perkembangan individual, dan para siswa yang timnya meraih skor tertinggi akan menerima sertifikat ataubentuk-bentuk rekognisi tim lainnya. Sehingga, para siswa termotivasi untuk mempelajari materi dengan baik dan untuk bekerja kerja dalam kelompok ahli mereka supaya mereka dapat membantu timnya melakukan tugas dengan baik. Kunci metode jigsaw ini adalah interdependensi: tiap siswa bergantung kepada teman satu timnya untuk  dapat memberikan informasi yang diperlukan supaya dapat memberikan informasi yang diperlukan supaya dapat berkinerja baik pada saat penilaian.

Langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode Jigsaw.

Persiapan
Materi. Saat ini, materi-materi metode Jigsaw John Hopkins Team Learning Project tersedia hanya untuk pelajaran sejarah Amerika untuk anak siswa sekolah menengah pertama. Tetapi persiapan materi Jigsaw tidaklah sulit. Sebuah unit Jigsaw II yang lengkap ditampilkan dalam lampiran 7.

untuk membuat materi Jigsaw II, ikuti langkah-langkah berikut:
1.      Pilihlah satu atau dua bab, cerita, atau unit-unit lainnya, yang masing-masing mencangkup materi untuk dua atau tiga hari. Jika para siswa akan membacanya di kelas, materi yang dipilih haruslah membutuhkan waktu tidak lebih dari setengah jam untuk membacanya; jika bacaan tersebut akan dijadikan tugas untuk dibaca di rumah, maka pilihannay boleh panjang.
2.      Buatlah sebuah lembar ahli untuk tiap unit. Lembar ini akan mengatakan kepada siswa dimana mereka perlu berkonsentrasi saat membaca, dan dengan kelompok ahli yang akan bekerja. Lembar ini berisi empat topik yang menjadi inti dari unit pembelajaran. Misalnya, lembar ahli untuk buku ilmu sosial kelas IV Harcourt Brace Jovonovich bisa merujuk pada satu bagian mengenai suku Indian Blackfoot yang digunakan untuk mengilustrasikan sejumlah konsep mengenai golongan, norma-norma golongan dan kepemimpinan. Lembar ahli untuk bagian itu bisa berisi
Topik bahasan.

Membagi Siswa Dalam Tim. Membagi para siswa kedalam tim heterogen yang terdiri dari empat sampai lima anggota, persis seperti dalm STAD.

Membagi Siswa ke dalam Kelompok Ahli. Anda mungkin inginmembagi siswa ke dalam kelompok-kelompok ahli hanya dengan membagi peran secara acak dalm tiap tim. Atau Anda mungkin juga ingin memutuskan siswa mana akan masuk ke dalam kelompok ahli yang mana, untuk memastikan bahwa di dalam tiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang dan redah. Apabila kelas Anda mempunyai dua kelompok ahli untuk tiap topik, supaya dalam tiap kelompok ahli yang jumlahnya lebih dari enam berpotensi maksimal. Tempatkan nama-nama anggota tim pada lembar rangkuman tim (lampiran 2), biarkan kolom nama tetap kosong.
                
Penentuan Skor Awal Pertama. Berikan skor awal pertama siswa persis seperti dalam STAD. Gunakan lembar skor kuis untuk mencatat skor-skor tersebut.

Jadwal Kegiatan
Jigsaw II terdiri atas siklus reguler dari kegiatan-kegiatan pengajaran:

Membaca. Para siswa menerima topik ahli dan membaca materi yang yang diminta untuk menemukan informasi.
Diskusi Kelompok-ahli. Para siswa dengan keahlian yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok-kelompok ahli.
Laporan Tim. Para ahli kembali ke dalam kelompok mereka masing-masing untuk mengajari topik-topik mereka kepada teman satu timnya.
Tes. Para siswa mengerjakan kuis-kuis individual yang mencangkup semua topik.
Rekognisi tim. Skor tim dihitung seperti dalam STAD.

MEMBACA

Waktu: separuh sampai satu periode kelas(atau dijadikan sebagai pekerjaan rumah).
Gagasan utama: para siswa menerima topik-topik ahli dan membaca materi yang diberikan untuk menemukan informasi yang berhubungan dengan topik mereka.
Materi yang dibutuhkan: sebuah lembar ahli untuk tiap siswa, yang terdiri dari empat topik ahli.
Sebuah teks atau materi bacaan yang akan menjadi dasar dari topik ahli untuk tiap siswa.
Kegiatan pertama dalam Jigsaw II adalah mendistribusikan teks dan topik ahli, membagi tiap topik kepada masing-masing siswa, dan selanjutnya membaca. Lewati dululembar ahli dan kemudian lanjutkan pada tiap tim dan tunjukan siswa mana akan mengerjakan topik yang mana. Bila ada tim yang beranggotakan lima orang,  tunjuk dua orang untuk mengerjakan satu topik bersama-sama.
Ketika para siswa sudah memunyai topik mereka, biarkan mereka membaca materi mereka, atau berikan tugas membaca itu untuk PR. Para siswa yang selesai membaca terlebih dalu dari yang lain boleh mengulang kembali bacaan dan membuat catatan.
            Atau sebagai alternatifnya, anda mungkin ingin agar siswa membaca dulu baru kemudian membagi topik ahlinya. Ini bisa membantu siswa untuk mendapat “gambaran besar” sebelum mereka membaca kembali untuk menemukan informasi yang berkaitan dengan topik mereka.

DISKUSI KELOMPOK-AHLI
Waktu: separuh periode kelas atau lebih.
Gagasan utama: para siswa dengan topik ahli yang sama mendiskusikannya dalam kelompok.
Materi yang dibutuhkan: lembar dan teks ahli untuk tiap siswa.
                                          Skema diskusi (sebagai opsi) untuk tiap topik: satu untuk tiap siswa dengan topik tersebut.

          Buatlah para siswa dengan topik ahli 1 untuk berkumpul bersama pada satu meja, semua siswa dengan topik ahli 2 pada meja yang lain, dan seterusnya. Bila ada kelompok ahli yang lebih dari enam orang (yaitu, bila kelas memiliki lebih dari dua puluh empat siswa), pisahkanlah kelompok ahli tersebut dalam dua kelompok kecil.
          Bila anda ingin agar siswa menggunakan skema diskusi, maka bagilah skema itu ke masing-masing kelompok ahli.
          Tunjuklah seorang pemimpin diskusi  untuk tiap kelompok. Pemimpin diskusi tidak harus siswa dengan kemampuan baik, dan semua siswa suatu  saat harus punya kesempatan untuk mengisi peran ini. Tugas pemimpin ini adalah untuk memoderatori diskusi, menunjuk anggota kelompok yang mengangkat tangan dan berusa untuk melihat bahwa semua orang telah ikut berpartisi.
          Berikan waktu sekitar dua puluh menit kepada kelompok-kelompok alhi tersebut untuk mendiskusikan topik-topik mereka. Para siswa harus sudah pernah mencoba untuk menemukan informasi tentang topik mereka dari teks-teks yang dibagikan kepada mereka, dan mereka harus berbagi informasi tersebut dengan kelompoknya. Anggota kelompok harus mencatat semua poin yang didiskusikan.
          Sementara kelompok ahli bekerja, guru harus meluangkan waktu sengan tim kelompok secara bergantian.guru mungkin ingin menjawab pertanyaan-pertanyaan dan meluruskan kesalahpahaman, tetapi harus tidak boleh mencoba mengambil alih kepemimpinan dari kelompok tersebut-yang memegang tanggungjawab kepemimpinan. Guru mungkin perlu mengingatkan pemimpin diskusi bahwa sebagaian tugas mereka adalah untuk melihat bahwa semua orang benar-benar berpartisipasi.

Laporan Tim
Waktu: separuh periode kelas
Gagasan utama: para ahli kembali kepada timnya masing-masing untuk mengajari topik mereka kepada teman-teman satu timnya.
         
          Para siswa harus kembali dari diskusi kelompok ahli mereka dan bersiap untuk mngirim topik mereka untuk mengajari topik mereka kepada teman-teman satu timnya. Mereka harus mengambil waktu sekitar lima menit untuk mengulang kembali semua dari bacaan mereka dan dari diskusi dalam kelompok ahli. Apabila dua tim memiliki topik yang sama, maka mereka harus melakukan presentasi bersama.
          Tekananya pada para siswa bahwa mereka mempunyai tanggung jawab terhadap teman satu tim mereka untuk menjadi guru yang baik sekaligus sebagai pendengar yang baik. Anda mungkin ingin agar para ahli memberikan pertanyaan kepada teman satu timnya setelah mereka melaporkan bahwa mereka telah mempelajari materinya dan siap untuk menghadapi kuis.

          TES
Waktu: separuh periode kelas
Gagasan utama: para siswa mengerjakan kuis.
Materi yang dibutuhkan:satu kopian kuis untuk tiap siswa.
         
          Bagikan kuis-kuis tersebut dan berikan cukup waktu bagi semua anak untuk menyelesaikannya. mintlah para siswa bertukar lembar kuis dengan anggota kelompok lain untuk menghitung skor, atau bisa juga dengan mengumpulkan kuis-kuis dan menghitung skornya sendiri. Biloasiswa yang menghitung skor, mintalah sipemeriksa menuliskan nama mereka pada bagian bawah lembar kuis yang mereka periksa. Setelah kuis usai, periksalah beberapa kuis untuk memastikan bahwa para siswa memang sudah melakukan pemeriksaan dengan baik.

          Rekognisi Tim. Penghitungan skor untuk Jigsaw II sama dengan penghitungan skor pada STAD, termasuk untuk skor awalnya, poin-poin kemajuan, dan prosedur penghitungan skor. Seperti juga dalam STAD, sertifikat, papan buletin, dan/atau penghargaan diberikan dalam rekognisi tim-tim yang sukses.

C.    Perbedaan Jigsaw I dan II
Jigsaw I dan II sebenarnya sama, namun ada beberapa aspek yang membedakannya. Jigsaw II merupakan sebuah adaptasi dari teknik jigsaw Elliot Aronson (1978). Jigsaw II dalam hal ini juga membantu siswa belajar setiap mata pelajaran, mulai dari keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks. Seperti halnya pada jigsaw I, setiap siswa menjadi ahli dalam materi yang dipelajarinya dan bertanggungjawab atas materi yang ditugaskan.
Menurut Trianto dalam buku mendesain model pembelajaran inovatif-progresif, langkah-langkah pembelajaran kooperatf tipe jigsaw antara lain:
1.      Siswa dibagi atas beberapa kelompok(tiap kelompok anggotanya 5-6 orang)
2.      Materi yang diberikan kepada kelompok siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.
3.       Setiap anggota kelompok membaca subbab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya. Misalnya, jika materi yang disampaikan mengenai system eksresi, maka seorang siswa dari satu kelompok mempelajari tentang ginjal, siswa yang lain dari kelompoknya mempelajari tentang paru-paru, begitupun siswa yang lainnya.
4.      Anggota kelompok lain yang telah mempelajari subbab yang sama bertamu dalam kelompok-kelompok ahli setelah kembali kekelompoknya bertugas mengajari teman-temannya.
5.       Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.
Sedangkan langkah-langkah pembelajaran tipe Jigsaw II adalah:
1.      Orientasi
Pendidikan menyampaikan tujuan yang diberikan sebelum pembelajaran dimulai sebelum siswa sudah ditugasjan membaca materi pelajaran dirumah sehingga disekolah melalui kelompok ahli siswa akan lebih memantapkan lagi dengan memperdalam setiap bagian materi yang akan dipelajari.
2.      Pengelompokkan
Sebelum dikelompokkan siswa di rangking berdasarkan hasil kemampuan.
3.      Pemberian kelompok expert
Tiap kelompok diberikan konsep matematika sesuai dengan kemampuannya dalam kegiatan penelitian ini. Penilaian tersebut mempertimbangkan karakteristik materi pemaparan yang akan dijabarkan lebih lanjut dalam pelaksanaan kegiatan embelajaran.
4.      Diskusi
Setelah kelompok ahli memahami materi yang dipelajari, maka kelompok ahli kembali ke grup masing-masing.Setiap orang dalam grup memiliki keahlian masing-masing dan bertanggung jawab ntuk berbagi pengetahuan dengan teman-temanya dalam grup tersebut.
5.      Tes (penilaian)
Pada fase ini guru memberikan tes tertulis untuk dikerjakanoleh siswa yang membuat seluruh konsep yang didiskusikan.Pada tes ini siswa tidak diperkenankan untuk bekerjasama.Jika mungkin tempat duduknya agak berjauhan.
6.      Pengakuan kelompok
Penilaian pada kelompok pembelajaran Kooperatif berdasarkan skor peningkatan individu tidak didasarkanpada skor akhir yng diperoleh siswa.Setiap siswa dapat memberikan kontribusipoin maksimum pada kelompoknya didasarkan pada skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka.
Ada perbedaan mendasar antara pembelajaran Jigsaw I dengan Jigsaw II, jika jigsaw I awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu yang akan menjadi spesialisasinya sementara konsep-konsep yang lainnya dapat melalui diskusi yang dibentuk dengan teman-temannya. Sedangkan pada tipe Jigsaw II ini setiap siswa memperoleh kemampuan belajar secara keseluruhan konsep sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadi ekspert.
Kelebihan dari Jigsaw II adalah semua siswa membaca seluruh materi dengan konsep-konsep yang telah disatukan sehingga lebih mudah dipahami. Dalam Jigsaw I, siswa hanya menerima penjelasan potongan materi dari teman di kelompok asal. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena bisa jadi siswa tersebut belum memahami materi. Jigsaw II cocok digunakan apabila materi yang dipelajari berbentuk narasi tertulis seperti pelajaran sosial, sastra, beberapa bagian sains, dan pelajaran lain yang bertujuan lebih menekankan pada konsep daripada keterampilan. Bahan ajar Jigsaw II biasanya merupakan sebuah bab, cerita, biografi, dan bahan deskriptif lainnya.

D.    Penerapan Metode Jigsaw Dalam Pembelajaran Ips

A.    Guru membagi siswa menjadi beberapa tim, setiap tim terdiri dari 3 orang
B.     Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.
Siswa 1 : kerajaan Hindu di Indonesia dan peninggalannya serta kegunaannya
Siswa 2 : kerajaan Budha di Indonesia dan peninggalannya serta kegunaannya
Siswa 3 : kerajaan Islam di Indonesia dan peninggalannya serta kegunaannya
C.     Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
D.    Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
E.     Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.



Sumber:
Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Indah.
Yamin, Martinis. 2013. Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta: GP Press.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar