Opsi

Kamis, 24 Januari 2019

Catatan Hidup: Perjalanan Menjadi Guru


Sudah lulus dengan gelar Sarjana Pendidikan, apakah sudah selesai perjalananmu?

Pada tulisan ini saya ceritakan perjalanan saya menjadi guru, tanpa ingin menggurui. Saya berharap tulisan ini bisa memberi pandangan tersendiri untuk teman-teman yang ingin menjadi guru.

Saya masuk Perguruan Tinggi dengan jurusan Pendidikan Guru Sekolah dasar pada tahun 2012. Saya masuk dengan jalur SNMPTN tulis (saat ini dikenal dengan tes SBMPTN) bidang IPC yang kala itu spesialisasi saya saat SMA adalah IPA.
Menjalani perkuliahan dengan motivasi ingin “aktif” di kampus, maka saya mengikuti Organisasi Himpunan Mahasiswa dan beberapa Komunitas yang berhubungan dengan hobi saya; teater dan bahasa Inggris. Tidak cukup sampai disitu, keinginan untuk menggali potensi diri di bidang public speaking saya salurkan dengan bekerja di radio sebagai penyiar radio. Ya, tahun 2014 saya kuliah, mengikuti komunitas, dan bekerja.
Masuk pertengahan tahun ketiga perkuliahan saya, saya putuskan untuk menyelesaikan pekerjaan saya dan tanggung jawab di komunitas kampus. Dengan harapan saya bisa konsentrasi mengerjakan tugas-tugas akhir untuk mendapatkan gelar sarjana.

Singkat cerita, pada Juli 2016 saya resmi lulus dengan gelar Sarjana Pendidikan. Pada perjalanan tahun 2016 awal saya sempat berkeinginan untuk melanjutkan kuliah melalui beasiswa, yakni beasiswa LPDP. Segala informasi saya cari terkait beasiswa LPDP kala itu. Dengan bekal belajar buku TOEFL yang saya beli di Gramedia, saya pun dengan percaya diri mengikuti tes TOEFL bahasa inggris sebagai salah satu persyaratan beasiswa LPDP. Alhamdulillah hasilnya cukup memenuhi syarat minimum untuk mendaftar beasiswa LPDP saat itu untuk Perguruan Tinggi dalam negeri.
Sembari menunggu pengumuman beasiswa LPDP, saya melamar pekerjaan di Sekolah Dasar swasta Internasional, tentu dengan back up hasil TOEFL saya sebelumnya.

Beberapa bulan saya bekerja di sekolah swasta, saya mendapat informasi tentang beasiswa subsidi Program Profesi Guru 2017. Ya, beasiswa subsidi dari Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Program tersebut adalah program pertama pemerintah setelah PPG-SM3T, yang mana saat ini SM3T belum diadakan lagi. Beasiswa bersubsidi Program Profesi Guru (PPG) tahun 2017 membuka kesempatan untuk fresh graduate atau guru mengajar kurang dari 5 tahun (disebut dengan PPG Pra Jabatan) dengan kurun pendidikan selama 2 semester dan hasil setelah lulus berhak mendapatkan gelar Guru Profesional (Gr.) dengan sertifikat pendidik.

Informasi penting terkait PPG saya kaji dan pahami. Kemudian saya tanyakan kembali pada diri saya, apakah benar saya akan memilih profesi guru atau saya melanjutkan perjalanan untuk gelar magister. Setelah berbagai pertimbangan terkait kesempatan belajar, berkarir, spesialisasi (bahwa memang kualifikasi saya ini untuk profesi guru), kurun waktu pendidikan (2 semester, dan bersedia tidak menikah selama pendidikan PPG Prajabatan), dan lainnya, maka saya pilih untuk mendaftar beasiswa bersubsidi PPG Pra Jabatan tahun 2017. Adapun pertanyaan kala itu, apakah menjamin dengan sertifikat pendidik nantinya bisa menjadi sukses? Tidak. Jawaban saya adalah; saya berniat mendaftar, maka saya berniat belajar apapun kebaikan yang akan saya dapatkan nanti pada saat menempuh pendidikan (baik secara pengetahuan dan pengalaman). Adanya sertifikat pendidik memang tidak menjamin benar adanya otomatis menjadi PNS, karena tentu ada prosedur yang harus dilewati seiring dengan kebijakan Pemerintah. Namun, pikir saya kala itu, apapun nantinya selama saya tetap pada profesi guru (entah negeri atau swasta), maka sertifikat itu akan bermanfaat.
Terlebih Pemerintah pun sedang gencar-gencarnya untuk mempersiapkan dan melaksanakan program ini bahkan sebelum saya lulus sarjana kependidikan. Tentu Pemerintah tidak main-main, bahwa Indonesia benar-benar membutuhkan guru yang kompeten (berkepribadian, terampil dalam penggunaan teknologi, dan mampu mendidik siswa di era global).

Beberapa tahapan tes seleksi saya lalui, yakni seleksi administrasi, tes potensi akademik dan bidang, serta tahapan seleksi terakhir yakni wawancara. Alhamdulillah, Allah memberi kesempatan saya menjadi salah satu peserta beasiswa bersubsidi PPG Prajabatan UNNES tahun 2017. Pendidikan Profesi Guru dimulai Februari 2018 hingga Desember 2018. Bagaimana dengan pekerjaan saya di sekolah swasta ? jauh sebelum hari pengumuman seleksi akhir saya putuskan untuk mengundurkan diri.

Perjalanan tahun 2018 pun saya lalui, dan Allah memberi “hadiah” luar biasa jelang akhir tahun 2018. Ya, Pemerintah membuka lowongan CPNS tahun 2018 dengan formasi Guru Kelas Ahli Pertama yang cukup banyak, bila dibandingkan dengan penerimaan CPNS sebelumnya. Dengan menyebut nama Allah, saya mendaftar. Apakah saat itu saya sudah lulus PPG dengan gelar tambahan Guru Profesional bersertifikat pendidik? jawabannya; belum, saya mendaftar CPNS 2018 tanpa sertifikat pendidik. Justru kala itu saya masih berhadapan dengan ujian-ujian kinerja mengajar dan persiapan ujian kompetensi mahasiswa PPG. Maka saat itu menjadi ikhtiar “terbesar” saya di tahun 2018; yakni mengupayakan ujian-ujian kinerja PPG tetap baik namun juga bisa mempersiapkan diri untuk ujian kompetensi mahasiswa PPG dan seleksi CPNS 2018.
Seleksi CPNS 2018 tahap pertama, yaitu Tes Kompetensi Dasar saya lalui. Qadarullah, saya belum memenuhi syarat passing grade untuk Tes Kepribadian, yakni 143 sementara saya hanya 126. Ternyata hal itu cukup menjadi “fenomena” di CPNS 2018, bahwa banyak peserta yang sebenarnya memiliki jumlah skor tinggi dan memenuhi batas minimum, namun pada skor Tes Kepribadiannya kurang. Atas izin Allah, Pemerintah membuat kebijakan baru yang pada saat itu akhirnya saya diberi kesempatan lagi untuk melanjutkan ke seleksi tahap kedua yaitu Tes Kemampuan Bidang dengan status P2/L. Tidak sampai disitu, setelah selesai seleksi tahap kedua CPNS 2018, saya menguatkan ikhtiar lagi untuk mengikuti ujian kompetensi mahasiswa PPG.

Masa penantian saya kuatkan dengan terus perbanyak doa dan pasrahkan kepada Allah Sang Maha Berkehendak, apapun hasilnya nanti. Alhamdulillah, segala Puji bagi Allah atas nikmat dan karunia-Nya. Segala peluh ikhtiar dan doa yang tak pernah henti pun memberikan hasil. Di penghujung 2018 saya dinyatakan lulus Program Profesi Guru, dan awal tahun 2019 saya diberi amanah oleh Allah menjadi salah satu abdi negara dengan profesi saya; guru.
Semoga penggalan cerita hidup saya yang tidak seberapa ini dapat memberi makna untuk teman-teman. Apapun yang saat ini teman-teman usahakan, muarakan hanya kepada Allah. Karena apapun yang diusahakan tidak akan ada artinya tanpa melibatkan Allah. Tentu dengan doa dan ridha orangtua. Fokus pada titik yang menjadi tujuan, tahap demi tahap. Insya Allah, Allah yang Kuatkan langkah. Tetap Sabar, dan senantiasa bersyukur.

Tegal, 25 Januari 2019
Gita Nur Izzati, S.Pd.Gr.